James Derulo's

Portfolio
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
PEMBANGUNAN NASIONAL

A.      Pengertian Paradigma
Istilah paradigma pada awalnya berkembang  dalam  filsafat  ilmu  pengetahuan.
        secara terminologis tokoh yang mengembangkan  istilah  terseut  dalam  dunia  ilmu
        pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul “The Structure
        Of Scientific Revolution”, paradigma adalah suatu asumsi-asumsi  dasar dan   teoritis
        yang umum   (merupakan suatu sumber nilai)  sehingga  merupakan  suatu  sumber
        hukum,  metode   serta   penerapan   dalam   ilmu   pengetahuan   sehingga   sangat
        menentukan     sifat,    ciri      serta      karakter      ilmu      pengetahuan      itu     sendiri.

                Dalam ilmu-ilmu sosial  manakala  suatu teori yang  didasarkan  pada suatu hasil
        penelitian ilmiah yang mendasarkan pada metode kuantitatif yang mengkaji manusia
        dan   masyarakat  berdasarkan  pada   sifat-sifat  yang   parsial,  terukur,  korelatif  dan
        positivistik,  maka  hasil  dari  ilmu  pengetahuan tersebut secara epistemologis hanya
        mengkaji    satu    aspek    saja    dari    obyek    ilmu    pengetahuan    yaitu     manusia.

        Dalam   masalah   yang   populer    istilah    paradigma    berkembang    menjadi    terminologi
        yang   mengandung   konotasi   pengertian  sumber   nilai,   kerangka   pikir,    orientasi   dasar
        sumber  atas  serta  tujuan  dari  suatu  perkembangan,  perubahan  serta  proses  dari  suatu
        bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan, reformasi maupun dalam pendidikan.


B.      Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Tujuan  negara  yang  tertuang dalam pembukaan UUD 1945  adalah sebagai
        berikut  “Melindungi  segenap bangsa dan seluruh tumpah  darah Indonesia” hal ini
        merupakan    tujuan    negara   hukum    formal,    adapun   rumusan    “Memajukan
        kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan  bangsa” hal ini merupakan tujuan
        negara  hukum  material,  yang  secara   keseluruhan sebagai  tujuan  khusus  atau
        nasional.  Adapun  tujuan  umum  atau   Internasional  adalah  “ikut   melaksanakan
        ketertiban dunia yang  berdasarkan  kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
        sosial”.  
                Secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan
         nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan
         nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai Pancasila. Karena nilai-nilai
         Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai subyek pendukung
         Pancasila sekaligus sebagai subyek pendukung negara. Unsur-unsur hakikat manusia
         “monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia, terdiri rohani (jiwa) dan jasmani (raga),
         sifat kodrat manusia terdiri makhluk individu dan makhluk sosial serta kedudukan kodrat
         manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan makhluk Tuhan YME.

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK
                Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada hakikatnya merupakan suatu hasil
     kreativitas rohani manusia. Unsur rohani (jiwa) manusia  meliputi  aspek  akal,  rasa,  dan
     kehendak.  Akal  merupakan  potensi   rohaniah  manusia  dalam  hubungannya dengan
     intelektualitas,  rasa  dalam  bidang  estetis,  dan  kehendak  dalam  bidang  moral  (etika).
                Tujuan yang esensial dari   iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga
     iptek  pada  hakekatnya  tidak  bebas nilai  namun  terikat  oleh  nilai.  Pengembangan  iptek
     sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan
     yang adil dan beradab.

                Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa
      manusia dalam mengembangkan iptek harus  bersifat beradab, iptek adalah sebagai hasil
      budaya manusia yang beradab dan bermoral.

                Sila Persatuan Indonesia, mengkomplementasikan universalia dan internasionalisme
      (kemanusiaan)    dalam   sila-sila   yang   lain.   Pengembangan   Iptek   hendaknya   dapat
      mengembangkan  rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai
      bagian dari umat manusia di dunia.

                Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
      Perwakilan  mendasari  pengembangan  Iptek  secara  demokratis. Artinya  setiap  ilmuan
      harus  memiliki  kebebasan  untuk  mengembangkan Iptek  juga harus menghormati dan
      menghargai kebebasan orang lain dan  harus memiliki  sikap yang  terbuka  untuk  dikritik,
      dikaji ulang maupun dibandingkan dengan penemuan ilmuan lainnya.

                Sila    Keadilan    Sosial    bagi   Seluruh   Rakyat    Indonesia,    mengkomplementasikan
      pengembangan   Iptek   haruslah   menjaga    keseimbangan  keadilan  dalam  hubungannya
      dengan   dirinya  sendiri,  manusia   dengan  tuhannya,   manusia   dengan   manusia  lainnya,
      manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.
Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home